Belajar dari Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah (1)

Belajar dari Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah (1)
Dua insan yang saling mencinta bersatu dalam ikatan suci dan berada dalam satu atap yang sama, akan merasakan hiruk pikuk berumah tangga. Di dalamnya terdapat beberapa ujian dan tantangan yang mungkin belum pernah mereka rasakan. Tapi, cobalah kita tengok rumah tangga Rasulullah SAW.

Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja, di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar, pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini seluruhnya adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah,” (Lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir karya al-Albani).

Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah SAW dan keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil Aisyah RA dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa melayang-layang.

Aisyah RA menuturkan, “Pada suatu hari Rasulullah SAW berkata kepadanya, ‘Wahai ‘A’isy (panggilan kesayangan Aisyah RA), ini adalah malaikat Jibril menyampaikan salam untukmu’,” (Muttafaqun alaih).

Bahkan beliau SAW –selaku nabi umat ini yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya- telah memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum Hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.


Aisyah RA menuturkan, “Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haid, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah SAW dan beliau meminumnya dari mulut tempat aku minum. (Dalam kesempatan lain) aku memotong sepotong daging, lantas beliau mengambil sepotong daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya,” (Diriwayatkan oleh Muslim).

Beliau SAW tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafik atau seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan pengakuan-pengakuan batil. Bahkan, beliau lebih memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.

Diriwayatkan oleh Aisyah RA, “Bahwasanya Nabi SAW pernah mencium salah seorang istri beliau, kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu,” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka –kaum Hawa- memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah SAW pernah menjawab pertanyaan ‘Amr bin al-‘Ash seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.

Amr bin al’Ash pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah.” (Muttafaq alaih).

Barangsiapa mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah-kisah Aisyah bersama Rasulullah SAW, dan bagaimana kiat-kiat beliau membahagiakan Aisyah.

Dari Aisyah RA, ia berkata, “Saya pernah mandi berdua bersama Rasulullah SAW dari satu bejana,” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).

Rasulullah SAW tidak pernah melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau memanfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

BERSAMBUNG

Belajar dari Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah (2-Habis)

Sumber: Sehari di Kediaman Rasulullah SAW/Karya: Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim/Penerbit: Daarul Haq / islampos.com